Senin, 23 Januari 2017

Bagaimana jika bahagia...



Dulu, saat saya meng”iya”kan untuk “bersama” seseorang, banyak hal yang selalu saya khawatirkan. Bahkan saat saya memutuskan untuk tidak berpikir pun pikiran khawatir soal ini itu (yang tidak pasti terjadi) selalu saja muncul. Karena terlalu banyak khawatir di kepalaku, jadi terkesan “ragu-ragu” lah segala sikap dan tindakanku. Parahnya lagi, saya terlihat seperti bermain-main dengan komitmen. Oh Noooo!!! 

Mungkin yang dia tahu, saya ini hanya sekedar bermain perasaan, melucu dengan logika, tidak mengenal arti komitmen, dan bahkan tidak pernah ada cinta dihatiku :( :( Hiks, kesannya bejat amat sih saya ini. Ampuni Ya Rabb... *dudukbersimpuh* :’( :’(

Nah, syukurnya seiring berjalannya waktu disertai dengan kesabaran seseorang, rasa khawatirku sedikit mulai berkurang *yeesss*. Pikiran-pikiran dan ilusi-ilusi masa lalu juga mulai terdesak keluar dari penuhnya kapasitas kepalaku. Dulu, saya mikirnya selalu takut, jadi ketakutanku selalu saya antisipasi dengan berbagai tindakan yang sebisa mungkin untuk menyingkirkan ketakutan.

Saat takut dikecewakan orang lain, semakin ditakutkanlah saya dengan pertanyaan “Bagaimana jika dia tidak mencintaiku seperti saya mencintainya kelak?”, “Bagaimana jika dia tidak mencintaiku lagi setelah tau kalau saya bukanlah seperti wanita yang dia harapkan?”, “Bagaimana jika ternyata dia akan meninggalkanku?”, “Bagaimana jika nanti dia mengatur hidupku, melarangku melalukan ini itu”, dan pertanyaan “bagaimana jika” lainnya yang saya munculkan sendiri dan meracuni kepalaku.

Akhirnya apa, saya jadi membatasi segalanya. Pokoknya jadilah saya yang tidak mau sering ketemu, karena takut jadi lebih mencintainya saat sering berada di dekatnya. Saya jadi menutup diri, mengendalikan perasaanku biar gak terlalu nyesek saat dia pergi meninggalkanku, bahkan melakukan semau-maunya diriku dan sesuka-sukanya hatiku yang notabene saya tahu tindakanku salah. Orang lain menjadi tersakiti karena ketakutanku :(

So, pada intinya adalah, saat engkau memberikan tempat pada seseorang di hatimu, gunakanlah perasaan dan minimalkan ruang pikiran aneh-aneh di kepalamu. Tak perlu kau pikirkan “bagaimana jika”, cukup rasakan “Bahagianya jika dia mencintaiku seperti saya mencintainya kelak”, “Bahagianya jika dia tetap mencintaiku setelah tau kalau saya bukanlah seperti wanita yang dia harapkan”, “Bahagianya jika terus bersamanya”, ”Bahagianya jika dia bagian dari diriku dan membiarkanku tetap memiliki hidupku”, dan banyak lagi “bahagia-bahagia” yang engkau rasakan tanpa harus memikirkan solusi “bagaimana jika”-nya. *ngelirik diri di cermin sambil membetulkan jarum pentul jilbab :D :D 

Terkadang cinta tidak butuh solusi, karena cinta-lah yang menjadi solusi. ^^

Tapi, bukan berarti bahwa kita tidak membutuhkan logika berpikir di atas cinta. Kita juga tetap berpikir, memikirkan masa depan bersama. Memikirkan agar selalu saling membahagiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar