Kamis, 11 Februari 2016

Entrepreneur Wanna Be



sumber gambar : workshared.wordpress.com
Hidup tidak sekedar hidup..

Banyak hal yang yang bisa menghidupkan hidup.. (ini ngomong apa sih?) hahahha

Barusan saya bertemu dengan seseorang, bukan siapa-siapa, tadi sebenarnya gak niat untuk bertemu malahan. Udah nolak secara halus berkali-kali, saking seringnya nolak untuk bertemu untuk sekedar sharing lama-lama gak enak juga, akhirnya saya memaksakan diri untuk datang ke acara tersebut. Awalnya terpaksa, tapi ternyata saya malah dapat ilmu baru juga dari pertemuan tersebut :p

Beliau adalah seorang pengusaha. Pengusaha di banyak bidang, bisnisnya ada dimana-mana. Salah satu perusahaannya bergerak di bidang pengadaan alat-alat kesehatan di sebuah rumah sakit di Jayapura. Tapi dengar-dengar beliau juga sedang membangun sebuah hotel yang rencananya memiliki 240 kamar (wow!).

Mungkin karena beliau ini melihat saya ini orangnya agak santai dan cenderung gak punya mimpi yang besar di masa depan (tepatnya sih terlihat malas mengambil peluang hahhaha), di sela acara makan-makan (bersama asisten beliau dan rekan bisnisnya, wanita muda yang juga seorang entrepreneur), berceritalah beliau mengenai “dulu”nya beliau juga tidak pernah berpikir akan sesukses sekarang. Saya mah masih ogah-ogahan mendengarkan ceritanya :D. Saya berpikir gak usah fokus pada ceritanya, makan aja cepet-cepet makanan di atas meja, biar cepat pulang hahaha :D Ehh, tau-taunya malah asik mendengarkan orang sukses bercerita pengalaman sampai-sampai es krim kite meleleh tante. hihihi

Oke, saya menjadi pendengar bapak pengusaha, asisten beliau, dan si mbak entrepreneur muda. Sesekali saya berkomentar, sok ngerti bisnis cyinn :D :p

Katanya nih, dalam berbisnis dengan realsi bisnis itu kita harus “win-win solution”, kedua belah pihak harus merasakan keuntungan dalam berbisnis. Kalau pun tidak bisa seperti itu, minimal harus “win-problem solved solution”, artinya salah satu pihak mendapatkan keuntungan dan pihak yang satunya terpecahkan masalahnya tanpa dirugikan. Jika tidak terjadi hubungan kerja demikian, maka bisa dipastikan bisnis dengan relasi tidak akan bertahan lama. 

Trus, gimana supaya bisa “win-win solution” atau “win-problem solved solution”? Pertama, kenali rekan bisnis kita. Kedua, mulailah masuk menawarkan diri membantu proyek/bisnisnya. Ketiga, buat mereka merasa aman, nyaman, dan untung berbisnis dengan kita. Jika ketiganya bisa kita lakukan dengan baik, maka bisa dipastikan si rekan bisnis kita tidak akan melirik berbisnis/terikat kontrak dengan perusahaan lain dan akan memperpanjang kontrak serta mencari kita saat ada proyek yang akan direalisasikan. Toh, kita sudah membuat mereka merasa untung berbisnis dengan kita, jadi mereka berpikir ngapain lagi nyari perusahaan lain, padahal mereka pun secara sadar tau kalau kita mendapatkan untung yang “lumayan” dengan bisnis ini. Bener juga, ya! :)

Strategi bisnis yang baik itu akan seiring berjalan dengan pengalaman kita bertemu dan mengenal berbagai karakter orang sekitar kita. Setiap orang punya ciri khas, cukup perlakukan orang calon rekan bisnis tersebut sesuai dengan kebutuhan karakter mereka. Contohnya, mereka menyukai berburu di hutan mungkin, ajaklah mereka untuk pergi ke tempat-tempat yang bagus untuk berburu. Tidak perlu pembicaraan langsung ke titik bisnis. Sambil duduk nyantai, nunggu hewan buruan melintas, mulailah membahas penawaran untuk berbisnis dengan kita. Jika dapat membuat mereka nyaman dan aman, kita sudah 50% berhasil. Sisanya, jaga kepercayaan mereka ke kita, maka nilainya sudah 100%. Thats heard a simple work, but it will be never realized without hardest work.  

Muncul pertanyaan saya, mengingat bakal profesi saya nantinya sebagai tenaga medis, saya gak cocok dong menjadi seorang businesswoman

Jawaban beliau “siapa yang bilang seorang dokter tidak bisa berbisnis?”

Meskipun profesi terikat sebagai seorang tenaga medis, yang jalurnya cukup membosankan rumah-rumah sakit-rumah-tempat praktik. Tidak berarti mengikat kebebasan kita untuk menjadi seorang pengusaha. Salah satu contoh kecilnya, kan bisa aja, mulai dengan mendapatkan modal usaha atau join-an dengan kerabat membangun sebuah rumah, kemudian dikontrakkan, atau membuat rumah kos di sekitaran kampus. Selalu ada jalan di tiap-tiap relung kemauan. Thats right :)
Percakapan yang cukup singkat, namun banyak membuka pikiran. Terima kasih bapak pengusaha yang baik hati atas sharing-nya :)
Pada akhirnya saya sadar, kesuksesan tidak membatasi profesi seseorang. Terkadang orang tersebutlah yang membatasi dirinya untuk sukses. Setiap pekerjaan/profesi dapat dikelompokkan dalam 4 kuadran yaitu employee, self employee, business owner, dan investor (saya akan membahas mengenai cashflow quadrant di thread yang lain). Basicly, kita bisa saja secara profesi adalah seorang employee, self employee, business owner, atau investor, tapi mengukur sukses tidaknya seseorang itu harus secara MENTAL, bukan dari profesinya. Apapun profesi anda, tingkatkan mental anda! *NgelirikDiriSendiri*

Rabu, 10 Februari 2016

M.E.N.I.K.A.H




Menikah adalah ibadah..
Bahkan dengan menikah, seseorang telah menyempurnakan sebagian dari agamanya..


Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)

Siapa sih, yang gak mau menyempurnakan separuh dari agamanya?
Namun, tak seorang pun yang mengetahui kapan, dimana, dan dengan siapa nantinya diri kita akan berjodoh dalam menyempurnakan agama kita. Semua itu sudah menjadi rahasia serta diatur oleh Allah SWT, sampai pada akhirnya kita dipertemukan dengan orang yang tepat, waktu yang tepat, serta tempat yang tepat pula. Sehingga tak sepantasnyalah seseorang menjadikan menikah sebagai ajang cepat-cepatan bak perlombaan, yang terlambat menikah maka kalah dalam lomba-lombaan tersebut, pun sebaliknya.

Saya sedikit mengutip perkataan bang Tere Liye di akun fanspage facebook beliau, 
"Menikah itu bukan lomba lari, yang ada definisi siapa cepat, siapa lelet larinya. Menikah itu juga bukan lomba makan kerupuk, yang menang adalah yang paling cepat ngabisin kerupuk, lantas semua orang berseru hore. Menikah itu adalah misteri Tuhan. Jadi tidak ada istilah terlambat menikah. Pun tidak ada juga istilah pernikahan dini. Selalu yakini, jika Tuhan sudah menentukan, maka akan tiba momen terbaiknya, di waktu paling pas, tempat paling tepat. Abaikan saja orang2 yang memang cerewet mulutnya bilang "gadis tua, bujag lapuk", atau nyinyir bilang, "kecil2 kok sudah menikah"."


Percayalah, sayapun ingin menikah. Hanya saja saya belum dipertemukan dengan orang yang tepat, waktu yang juga belum tepat, dan mungkin juga tempatnya pun belum tepat :)
Tetaplah selalu berdoa dan beristikharah kepada Tuhan agar segera dipertemukan dengan jodoh yang terbaik buat kita untuk menuju rumah-tangga yang bahagia dunia akhirat. Aamiin