sumber gambar : workshared.wordpress.com |
Hidup tidak sekedar hidup..
Banyak hal yang yang bisa
menghidupkan hidup.. (ini ngomong apa sih?) hahahha
Barusan saya bertemu dengan
seseorang, bukan siapa-siapa, tadi sebenarnya gak niat untuk bertemu malahan. Udah
nolak secara halus berkali-kali, saking seringnya nolak untuk bertemu untuk
sekedar sharing lama-lama gak enak juga, akhirnya saya
memaksakan diri untuk datang ke acara tersebut. Awalnya terpaksa, tapi ternyata
saya malah dapat ilmu baru juga dari pertemuan tersebut :p
Beliau adalah seorang pengusaha. Pengusaha
di banyak bidang, bisnisnya ada dimana-mana. Salah satu perusahaannya bergerak
di bidang pengadaan alat-alat kesehatan di sebuah rumah sakit di Jayapura. Tapi
dengar-dengar beliau juga sedang membangun sebuah hotel yang rencananya
memiliki 240 kamar (wow!).
Mungkin karena beliau ini melihat
saya ini orangnya agak santai dan cenderung gak punya mimpi yang besar di masa
depan (tepatnya sih terlihat malas mengambil peluang hahhaha), di sela acara
makan-makan (bersama asisten beliau dan rekan bisnisnya, wanita muda yang juga
seorang entrepreneur), berceritalah
beliau mengenai “dulu”nya beliau juga tidak pernah berpikir akan sesukses
sekarang. Saya mah masih ogah-ogahan mendengarkan ceritanya :D. Saya berpikir
gak usah fokus pada ceritanya, makan aja cepet-cepet makanan di atas meja, biar
cepat pulang hahaha :D Ehh, tau-taunya malah asik mendengarkan orang sukses
bercerita pengalaman sampai-sampai es krim kite meleleh tante. hihihi
Oke, saya menjadi pendengar bapak
pengusaha, asisten beliau, dan si mbak entrepreneur
muda. Sesekali saya berkomentar, sok ngerti bisnis cyinn :D :p
Katanya nih, dalam berbisnis dengan
realsi bisnis itu kita harus “win-win solution”,
kedua belah pihak harus merasakan keuntungan dalam berbisnis. Kalau pun tidak
bisa seperti itu, minimal harus “win-problem
solved solution”, artinya salah satu pihak mendapatkan keuntungan dan pihak
yang satunya terpecahkan masalahnya tanpa dirugikan. Jika tidak terjadi hubungan
kerja demikian, maka bisa dipastikan bisnis dengan relasi tidak akan bertahan
lama.
Trus, gimana supaya bisa “win-win solution” atau “win-problem solved solution”? Pertama,
kenali rekan bisnis kita. Kedua, mulailah masuk menawarkan diri membantu
proyek/bisnisnya. Ketiga, buat mereka merasa aman, nyaman, dan untung berbisnis
dengan kita. Jika ketiganya bisa kita lakukan dengan baik, maka bisa dipastikan
si rekan bisnis kita tidak akan melirik berbisnis/terikat kontrak dengan
perusahaan lain dan akan memperpanjang kontrak serta mencari kita saat ada
proyek yang akan direalisasikan. Toh, kita sudah membuat mereka merasa untung
berbisnis dengan kita, jadi mereka berpikir ngapain lagi nyari perusahaan lain,
padahal mereka pun secara sadar tau kalau kita mendapatkan untung yang “lumayan”
dengan bisnis ini. Bener juga, ya! :)
Strategi bisnis yang baik itu
akan seiring berjalan dengan pengalaman kita bertemu dan mengenal berbagai
karakter orang sekitar kita. Setiap orang punya ciri khas, cukup perlakukan
orang calon rekan bisnis tersebut
sesuai dengan kebutuhan karakter mereka. Contohnya, mereka menyukai berburu di
hutan mungkin, ajaklah mereka untuk pergi ke tempat-tempat yang bagus untuk
berburu. Tidak perlu pembicaraan langsung ke titik bisnis. Sambil duduk nyantai,
nunggu hewan buruan melintas, mulailah membahas penawaran untuk berbisnis
dengan kita. Jika dapat membuat mereka nyaman dan aman, kita sudah 50%
berhasil. Sisanya, jaga kepercayaan mereka ke kita, maka nilainya sudah 100%. Thats heard a simple work, but it will be
never realized without hardest work.
Muncul pertanyaan saya, mengingat
bakal profesi saya nantinya sebagai tenaga medis, saya gak cocok dong menjadi
seorang businesswoman?
Jawaban beliau “siapa yang bilang
seorang dokter tidak bisa berbisnis?”
Meskipun profesi terikat sebagai
seorang tenaga medis, yang jalurnya cukup membosankan rumah-rumah sakit-rumah-tempat
praktik. Tidak berarti mengikat kebebasan kita untuk menjadi seorang pengusaha.
Salah satu contoh kecilnya, kan bisa aja, mulai dengan mendapatkan modal usaha
atau join-an dengan kerabat membangun
sebuah rumah, kemudian dikontrakkan, atau membuat rumah kos di sekitaran
kampus. Selalu ada jalan di tiap-tiap relung kemauan. Thats right :)
Percakapan yang
cukup singkat, namun banyak membuka pikiran. Terima kasih bapak pengusaha yang
baik hati atas sharing-nya :)
Pada akhirnya
saya sadar, kesuksesan tidak membatasi profesi seseorang. Terkadang orang
tersebutlah yang membatasi dirinya untuk sukses. Setiap pekerjaan/profesi dapat
dikelompokkan dalam 4 kuadran yaitu employee,
self employee, business owner, dan
investor (saya akan membahas mengenai cashflow
quadrant di thread yang lain). Basicly, kita bisa saja secara profesi
adalah seorang employee, self employee,
business owner, atau investor,
tapi mengukur sukses tidaknya seseorang itu
harus secara MENTAL, bukan dari profesinya. Apapun profesi anda, tingkatkan
mental anda! *NgelirikDiriSendiri*